INILAHKORAN, London - Pengadilan HAM Eropa pada Selasa mengeluarkan putusan bahwa Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan bekas agen badan intelijen Uni Soviet KGB, Alexander Litvinenko, yang diracun dengan Polonium-210.
Alexander Litvinenko, yang kerap mengkritik pemerintah Rusia, tewas pada 2006 di London setelah dibunuh dengan menggunakan zat isotop radioaktif tersebut.
Alexander Litvinenko, 43 tahun, meninggal beberapa pekan setelah ia minum teh hijau yang dicampuri Polonium-210 di hotel Millenium di London.
Baca Juga: Tambang Kematian Rostov dengan 3.500 Mayat Bukti Kekejaman Nazi di Rusia Ditemukan
Dalam putusannya, Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) menyatakan bahwa Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
"Pembunuhan Pak Litvinenko ini berkaitan dengan Rusia," kata ECHR melalui pernyataan.
Menurut hasil penyelidikan panjang yang dilakukan Inggris dan selesai pada 2016, Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan menyetujui operasi intelijen untuk membunuh Litvinenko.
Penyelidikan itu juga menyimpulkan bahwa mantan pengawal asal KGB, Andrei Lugovoy, serta satu warga Rusia lainnya bernama Dmitry Kovtun adalah orang-orang yang melaksanakan pembunuhan itu.
Baca Juga: Rusia-Myanmar Perkuat Hubungan Militer Saat Kunjungan Junta
Artikel Terkait
Kedutaan Afghanistan Tak Dibayar Pemerintah Taliban, Ratusan Diplomat dalam Ketidakpastian
Punya Aturan Ketat agar Tidak Terinfeksi Covid-19, Vladimir Putin Malah Harus Isolasi Mandiri, Kenapa?
Wah Pertanda Apa Ini? Ratusan Burung Tabrak Gedung WTC Amerika Serikat
Jelang Pilpres Filipina, Petinju Manny Pacquiao Akan Bertarung dengan Rodrigo Duterte
Taliban: Di Afghanistan Tak Ada Al Qaida ataupun ISIS!
India Protes Inggris: Pengunjung dari India Jalani Karantina Meski Sudah Vaksin Lengkap