INILAHKORAN, Bandung- Setelah Delta, varian Omicron Covid-19 bikin kalang kabut dunia. Peneliti memperingatkan munculnya varian-varian lain dari Covid-19.
Ilmuwan Dr Ines Irene Caterina Atmosukarto meyakini Omicron bukanlah varian terakhir dari Covid-19.
Ines Irene yang merupakan Chief Scientific Officer and Managing Director Lipotek LTd yang berbasis di Australia meyakini, akan muncul varian-varian lain setelah Omicron.
Baca Juga: Ben Chilwell Absen, Thomas Tuchel Berharap Sosok Ini Jadi Solusi untuk Chelsea
"Virus itu akan terus bermutasi karena virus ini sebenarnya sumber mutasi itu adalah dari siklus hidup itu sendiri, bukan virus Corona itu pintar," kata Ines dalam acara virtual Gelar Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan dan Pangan 2021, di Jakarta, Selasa.
Ines yang bekerja di perusahaan bioteknologi itu menuturkan mutasi terjadi ketika virus memperbanyak diri.
Proses perbanyakan diri merupakan bagian dari siklus hidup untuk virus dapat bertahan hidup di lingkungan.
Baca Juga: Karawang Posisi Kedua Realisasi Investasi Tertinggi di Jabar, Nomor Satunya...
Namun, virus membutuhkan inang untuk bisa memperbanyak diri. Pada saat memperbanyak diri, terjadi kesalahan, dan kesalahan itu adalah mutasi.
Artikel Terkait
Varian Omicron Covid-19 Belum Ditemukan, Warga Kota Bandung Harus Waspada
Imbas Munculnya Varian Omicron Covid-19, Duel Young Boys vs MU Dipindahkan
Omicron Lebih Ganas dari Varian Delta! Bisa Jadi Kebal Vaksinasi Kata Epidemiologi Defriman Djafri
Ini Gelaja-gejala Terpapar Varian Omicron Covid-19, Risiko Kematian Jauh Lebih Tinggi?
WHO Temukan Virus B.1.1.529 Covid-19 Varian Omicron di Afrika Selatan, Lebih Menyeramkan dari Varian Delta?
Cara Efektif Tak Terpapar Varian Omicron! Tempuh Langkah-langkahnya Ini Sesuai Rekomendasi WHO
Indonesia Kudu Waspada! Varian Omicron Sudah Sampai di Singapura, Dua Pelancong Positif Terpapar
Covid-19 Varian Omicron Ditemukan di Afrika Selatan, Ini Saran WHO untuk Negara-Negara di Dunia
Varian Omicron Disebut Peneliti Lemahkan Vaksinasi Covid-19, Begini Penjelasan Resmi WHO