INILAHKORAN, Bandung - Jurnalis senior, Shireen Abu Akleh selama dua setengah dekade, dia mencatat penderitaan rakyat Palestina di bawah pendudukan Israel untuk puluhan juta pemirsa Arab.
Abu Akleh (51) ditembak mati di Tepi Barat pada hari Rabu ketika dia melaporkan serangan militer Israel di kota Jenin. Produsernya juga ditembak dan dalam kondisi stabil.
Al Jazeera pun, mengecam kematiannya sebagai "pembunuhan terang-terangan" oleh pasukan Israel.
Baca Juga: Jurnalis Al Jazeera Ditembak Pasukan Israel, Cuitan 'Rest in Power' Menggema di Twitter
Dikutip dari CNN, tiga saksi mata mengatakan bahwa para jurnalis ditembak oleh pasukan Israel dan tidak ada militan Palestina yang berada di dekat para jurnalis.
Abu Akleh bergabung dengan Al Jazeera setahun setelah didirikan pada tahun 1997, pada usia 26 tahun.
Saluran ini menjadi sangat penting bagi jurnalisme televisi di dunia Arab karena liputannya sepanjang waktu, memecahkan masalah pan-Arab.
Itu kontroversial di Barat dan di Timur Tengah sama untuk menayangkan wawancara dengan tokoh-tokoh buruk seperti Osama bin Laden dan tokoh oposisi Arab.
Tapi daya tarik terbesar Al Jazeera untuk penonton bisa dibilang adalah liputannya tentang konflik Palestina-Israel.***
Artikel Terkait
Spoiler Twenty Five Twenty One Episode 6: Perjuangan Baek Yi Jin untuk Jadi Jurnalis, Akankah Berbuah Manis?
IJTI Jabar Minta Kapolda Turun Tangan Soal Oknum Polisi Diduga Pukul Jurnalis Metro TV
Momen Kegiatan Ramadhan, IJTI Jabar Bikin Jurnalis Nyantri di Pondok Pesantren Bandung
Jurnalis Al Jazeera Ditembak Pasukan Israel, Cuitan 'Rest in Power' Menggema di Twitter