BERAPA banyakkah medali emas yang diperebutkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua? Sekitar 766 set medali. Bandingkan dengan Olimpiade Tokyo. Tak sampai separuhnya. Hanya 340 medali emas.
PON XX diklaim hanya mempertandingkan 37 cabang olahraga. Beberapa cabang kemudian ‘disembunyikan’ sebagai disiplin. Bayangkan, aeromodeling, paralayang, terbang layang, terjun payung, gantole, menjadi bagian dari cabang aerosport. Padahal, semestinya dia menjadi cabang masing-masing.
Tapi, beginilah, PON kita, makin ke sini, makin salah kaprah. Dia bukan lagi ajang mencari prestasi, tapi medali. Maka, tiap penyelenggaraan PON, niscaya akan selalu terjadi penambahan cabang olahraga. Sebab apa? Tiap daerah berlomba memburu medali.
Baca Juga: Sikap Kami: Nonton di Bioskop Cirebon
Medali? Iya, sekadar medali. Bukan prestasi. Jika rujukannya prestasi, tentu penampilan atlet-atlet Indonesia di pentas olahraga internasional kian mengkilap. Faktanya tidak. Di Olimpiade lalu, kita nyaris pulang tanpa gelar juara, kalau saja tak diselamatkan Greysia Polii/Apriyani Rahayu tanpa sengaja. Tanpa sengaja? Ya, karena ganda putri bukan nomor incaran.
Kita kembali terkenang pada dekade 1980-an, Presiden (kala itu) Soeharto mencanangkan PON sebagai PON prestasi. Rujukannya prestasi. Berjenjang, dari nasional ke regional, lalu internasional. Itu sebabnya kita bisa menjadi raja Asia Tenggara. Di era Orde Baru itu pula, hampir setiap saat kita negara paling berprestasi di ajang SEA Games, cukup diperhitungkan di Asian Games.
Era reformasi mengubahnya. Orientasi PON bukan lagi prestasi ke level internasioal, tapi sekadar perburuan medali. Maka, cabang-cabang aneh, yang rujukannya bukan ke SEA Games, Asian Games, Olimpiade, bermunculan.
Baca Juga: Sikap Kami: Hipokritisme Pelaku Korupsi
Maka, PON pun menjadi multi event paling gemuk cabang olahraganya. Mungkin nomor satu di dunia. Tapi, hasilnya? Mohon maaf, mengecewakan.
Artikel Terkait
Sikap Kami: Persib di Kompetisi Aneh
Sikap Kami: Mual Gara-gara Survei
Sikap Kami: Holywings 60 Menit
Sikap Kami: Berbelok di Tengah Jalan
Sikap Kami: Tak Serius Urus Lapas
Sikap Kami: Karena Kita Bukan Wapres