KEPUASAN apakah yang didapatkan dari tindakan melempar prank? Kalaupun ada kepuasan itu, sebandingkah dengan risiko yang dihadapi?
Seorang ahli kriminologi menyebutkan ada sejumlah alasan kenapa orang suka membuat prank. Yang utama, kebutuhan menonjolkan ego dan menghilangkan kejenuhan. Lalu, karena pengaruh sosio kultural, kontrol sosial yang lemah, dan perasaan bosan.
Semua sifat dan kondisi itu jamak terjadi di tengah masyarakat. Banyak yang ingin menonjol, banyak yang ingin menumpas rasa bosan, tak sedikit pula yang terpengaruh karena kebiasaan di sekitar.
Baca Juga: Sempat Hebohkan Publik, Polisi Beberkan Kronologi Lengkap Kasus Yana Supriatna
Tapi, bagaimanapun, perbuatan membuat prank setidaknya adalah sesuatu yang tak menyenangkan bagi banyak orang lain. Alih-alih prank, menyampaikan sesumbar dan janji-janji muluk saja banyak tak disukai orang, bahkan disetarakan dengan prank.
Kita keyakini salah satu sebab itu pula yang membuat Yana Supriatna membuat prank Cadas Pangeran yang terkenal itu. Banyak orang merasa terkelabuhi, Termasuk media, termasuk kami.
Ketika Yana menghilang, sejatinya ada satu titik kecurigaan. Kenapa dia bisa mengirim pesan terakhir seolah-olah dia sedang “dikerjai” orang jahat. Tetapi, karena sumber kepolisian dan Tim SAR pun bergerak, maka keyakinan bahwa Yana jadi korban orang jahat memang cukup kuat.
Pria Sumedang itu kemudian ditemukan di Cirebon. Dia tak hilang, apalagi jadi korban perampokan hingga meninggal, misalnya.
Baca Juga: Sikap Kami: Biskita, Biskuat, Bus Siapa?
Artikel Terkait
Sikap Kami: Bogor Barat, Apa Kabar?
Sikap Kami: Sesat Pikir si Menteri
Sikap Kami: Belajar dari Rashid
Sikap Kami: Panas ke Gedung Sate