APA yang terjadi sehari-dua ini menguatkan kita mengajukan satu pertanyaan: sebenarnya apa sih yang diurus negara ini untuk kepentingan rakyatnya? Kita menjadi mengelus dada karena negara takluk di tangan mafia.
Sudah sekitar tiga bulan rakyat berteriak kesulitan minyak goreng, negara seperti tutup mata. Negara tutup telinga ketika rakyat menyindir: masa di wilayah dengan kebun sawit terluas di dunia, masyarakatnya kesulitan minyak goreng.
Di manakah sawit-sawit itu ditanam? Di tanah negara. Bahkan kadang-kadang dengan mengorbankan rakyatnya. Tengok saja, hampir setiap masyarakat adat yang bersengketa dengan pemilik kebun sawit, selalu “dikalahkan”. Tak sedikit yang masuk penjara karena mempertahankan hak adatnya.
Tapi, inilah balasan yang diberikan pengusaha-pengusaha sawit itu kepada negara. Mereka asyik mencari keuntungan semata. Tak pernah peduli pada kegentingan nasib rakyat negara. Tatkala harga minyak goreng dunia melonjak, tak sedikit yang mengakali dengan melakukan ekspor sebanyak-banyaknya.
Baca Juga: Sikap Kami: Politisi Bebal
Kemana negara? Pura-pura tidak tahu. Bahkan ketika perusahaan sawit dan minyak goreng tertangkap mata publik melakukan penimbunan. Dengan beragam alasan, mereka aman begitu saja.
Para pengusaha juga menunjukkan kerakusannya dengan memanfaatkan lemahnya tata niaga minyak goreng. Tak sedikit pun mereka rela berkorban untuk negara. Tuhan mereka adalah keuntungan sebesar-besarnya.
Tak percaya? Ketika pemerintah mencabut harga eceran tertinggi (HET), tiba-tiba saja beragam supermarket dan minimarket, dipenuhi minyak-minyak goreng dalam kemasan. Kemanakah minyak-minyak goreng itu ketika HET diberlakukan? Kita berkeyakinan, ditimbun, diumpetin.
Baca Juga: Sikap Kami: Malangsari
Artikel Terkait
Sikap Kami: Langkah Keledai
Sikap Kami: Ali Sadikin
Sikap Kami: Tempat Jin Buang Anak
Sikap Kami: Belajar dari Tangerang
Sikap Kami: 'Jualan' Emil
Sikap Kami: Penalti di JIS
Sikap Kami: Makna Bank BJB