DALAM sepak bola, sektor gelandang adalah lini vital. Dia disebut sebagai nafas tim. Dia menjadi stabilisator dan katalisator permainan, baik dalam menyerang maupun bertahan.
Persib sebenarnya sudah memiliki nafas yang nyaman itu. Lini gelandang Maung Bandung, sepanjang Kompetisi Liga 1 lalu, dominan.
Nyaris di semua pertandingan, Persib lebih unggul dalam penguasaan bola. Itu artinya tak ada masalah terlalu besar di lini gelandang. Hanya sekali-sekali “batuk”. Itu normal saja.
Perekrutan Ricky Kambuaya dan Rachmat Irianto, sejatinya, biasa-biasa saja. Keduanya hanya akan membuat lini gelandang Persib makin bertabur pemain.
Baca Juga: Sikap Kami: Juara BPD, Juara Proliga
Sialnya, di antara jejeran pemain yang ada sekarang, tak seorang pun yang punya kemampuan sebagai penata permainan. Tak ada gelandang secerdas dan seelegan Firman Utina atau Makan Konate, misalnya.
Persoalan Persib sesungguhnya adalah di lini depan. Lini yang jadi senjata membunuh lawan. Persib tak punya penuntas serangan yang hebat. Tak memiliki finisher mumpuni. Akibatnya, banyak bangun serangan terbuang percuma.
Musim lalu, Persib memiliki duet penyerang berbeda setiap paruh musim. Ada Wander Luiz-Geoffrey Castillion dan David da Silva-Bruno Catanhede. Duet ini sama-sama mengecewakan. Terutama peran Castillion dan Catanhede yang jauh dari maksimal.
Baca Juga: Sikap Kami: Jadi Petani, Siapa Takut?
Artikel Terkait
Sikap Kami: Karena Kita Budeg
Sikap Kami: 'Jualan' Emil
Sikap Kami: Penalti di JIS
Sikap Kami: Malangsari
Sikap Kami: Makna Bank BJB
Sikap Kami: Politisi Bebal