SIKAP Persis-Solo">Persis Solo memutuskan kerja sama sponsorship dengan Wilmar Group patut diapresiasi. Tapi, mendasarkan kerja sama sponsor itu dalam koridor profesional murni, agaknya patut pula diragukan.
Persis memutuskan kerja sama itu karena salah satu petinggi Wilmar Nabati Indonesia terseret dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pemberian fasilitas ekspor CPO dan turunannya. Master Parulian Tumanggor, salah satu tersangka, adalah komisaris perusahaan tersebut.
Boleh jadi, Persis takkan dipanggil-panggil seperti apa yang dialami Persija, Madura United, atau PSS Sleman yang menjalin kerja sama sponsorship dengan Viral Blast. Wilmar, hampir pasti, takkan berharap banyak dari promosi hebat dari kerja sama dengan Persis.
Kenapa? Kalau dia mau promosi, hampir pasti yang dipromosikan buat perusahaan, tapi memperkuat brand produknya. Bisa minyak goreng Sania, Fortune, Siip, Sovia, Mahkota, Ol’eis, Bukit Zaitun, atau Goldie.
Baca Juga: Sikap Kami: Jebol Gadis
Jadi, apakah kerja sama ini memiliki landasan yang profesional? Itu yang kita ragukan. Bisa jadi, yang dimaksud profesional adalah Wilmar tak terkait dengan manajemen Persis. Tapi, kalau disebut sponsorship ini sepenuhnya profesional, rasanya tidak sepenuhnya seperti itu.
Persis adalah klub yang kepemilikan saham mayoritasnya dikuasai dua pihak: Kaesang Pangarep dan Erick Thohir. Kaesang adalah putra Presiden Joko Widodo. Erick menteri kabinet Joko Widodo.
Pertanyaannya sederhana: apakah jika bukan Kaesang dan Erick yang jadi pemilik klub, Wilmar tertarik kerja sama profesional? Kita tak meyakini itu. Buktinya, tak banyak –atau mungkin tak ada sama sekali—klub yang disponsori Wilmar. Termasuk klub Kalteng Putra, wilayah di mana Wilmar memiliki begitu banyak konsesi perkebunan kelapa sawit.
Baca Juga: Sikap Kami: 'Perjudian' Yana Mulyana
Artikel Terkait
Sikap Kami: Negara Pura-pura
Sikap Kami: Noel dan 'Dosa' BUMN
Sikap Kami: Jadi Petani, Siapa Takut?
Sikap Kami: Juara BPD, Juara Proliga
Sikap Kami: Persib 'Salah Obat'
Sikap Kami: Ade Armando