INILAHKORAN- Pedagang pasa induk tradisional Guntur Garut mogok berjualan lantaran harga daging ayam terus meroket hingga awal Januari 2022.
Pada Kamis 13 Januari 2022 masih ada sejumlah pedagang menjajakan daging ayam. Namun itu menghabiskan stok daging ayam yang masih tersisa dari penjualan sehari sebelumnya.
Harga daging ayam di sejumlah pasar tradisional di Garut saat ini berkisar42.000 hingga Rp47.000 per kilogram (kg).
Baca Juga: Webinar Omicron, Telkom Regional III Jawa Barat Apresiasi Pelanggan Prioritas IndiHome Jabar
"Semua pedagang daging ayam hari ini sepakat tak jualan. Harga daging ayamnya terus naik. Ini merugikan. Kita belinya mahal, ya pembeli juga drastis turun," kata pedagang daging ayam di Pasar Guntur Garut Opik (40).
Dia menyebutkan, kalaupun ada beberapa pedagang masih terlihat berjualan, itu hanya untuk menghabiskan persediaan yang masih tersisa sehari sebelumnya.
Dia mengatakan tak mengetahui apa penyebab harga daging ayam tersebut bisa meroket drastis.
Senada dikemukakan pedagang daging ayam di Pasar Wanaraja Neneng. Menurutnya, para pedagang di Pasar Wanaraja masih berjualan hanya untuk menghabiskan stok barang yang masih tersisa. Sehingga harganya pun masih berkisar Rp37.000 hingga Rp38.000 per kg.
"Kita masih jualan. Untuk menghabiskan stok saja," ujarnya.
Para pedagang berharap pemerintah segera turun tangan agar harga daging ayam kembali ke harga normal supaya aktivitas berdagang mereka juga kembali lancar.
Selain memberatkan para pedagang, yang paling merasakan dampak dari kenaikan harga daging ayam itu tentu konsumen, termasuk kalangan ibu-ibu.
"Aneh ! Tahun baru sudah lewat, tapi harga kebutuhan sehari-hari tetap naik. Ditambah sekarang harga daging ayam yang naik luar biasa. Bagaimana enggak pusing ngatur keuangan rumah tangga ? Kita jualan warungan juga masih sepi. Sementara pengeluaran terus bertambah," kata ibu rumah tangga yang juga pedagang mie ayam bakso Indri (40) warga Kelurahan Pataruman Kecamatan Tarogong Kidul.
Menurutnya, saat ini, bukan hanya barang kebutuhan pokok sehari-hari yang naik semisal minyak goreng, ikan, terigu dan sayuran, bahkan peralatan keperluan sekolah anak juga turut naik. Pun jajanan anak-anak.
"Harga gorengan aja sekarang jadi Rp2.500 untuk tiga buah gehu atau bala-bala. Harga buku tulis juga saya beli di langganan jadi naik. Rp30.000 perbundel dari tadinya Rp24.000-Rp26.000. Mungkin hanya telur yang sudah turun jadi Rp26.000 per kilo. Kalau sayuran, ya, tiap hari juga naik turun," ujarnya.
Hal senada dikeluhkan ibu rumah tangga lainnya asal Kecamatan Garut Kota Nani (39). Dia bahkan tak jadi berbelanja ketika mengetahui daging ayam yang hendak dibelinya di pasar itu harganya naik.
Artikel Terkait
Capaian Vaksinasi Garut Mencapai 72,8%, Lansia 82,2%
Ridwan Kamil Dorong Pelaku Industri Kulit Garut Bidik Pasar Lebih Luas
Miliki Pengikut 15 Juta Orang di Medsos, Ridwan Kamil Bakal Promosikan Produk Industri Kulit Garut
Ridwan Kamil Siap Bantu Desain Produk Pelaku Usaha Kulit Garut
Kasus Positif Covid-19 di Garut Tinggal 7 Pasien
Bupati Garut Rudy Gelar Lomba Kerapian Tiap Kantor SKPD, Begini Tujuannya
BOR Kasus Covid-19 di Garut Naik Jadi 6,69 Persen
Pemkab Garut Menargetkan Sepanjang 67 Km Jalan Diperbaiki, Dana Rekonstruksi Dialokasikan Rp55,6 Miliar
Kantongi Sertifikasi Prima 3, Produk Petani Asal Garut Dijamin Berkualitas
Pemkab Garut Gelontorkan Rp250 Juta Buka Akses ke Objek Wisata di Pelosok