INILAHKORAN, Bandung- Ini salah satu adab penting dalam masalah utang-piutang. Jangan sampai, kita merasa rugi ketika telah mengikhlaskan utang kepada seseorang dan tiba-tiba menagihkannya kembali.
Menurut Ustaz Ammi nur Baits di konsultasisyariah.com, hukum untuk kasus di atas sama engan ketika seseorang mensedekahkan hartanya kepada orang lain dan dia dilarang untuk menariknya kembali. Artinya, sedekah yang sudah diikhlaskan ataupun utang yang sudah diputihkan, terlarang untuk kita tarik kembali.
Baca Juga: Mereka yang Membawa Mati Utang, di Akhirat Dihukumi Sebagai Pencuri
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الَّذِى يَهَبُ فَيَرْجِعُ فِى هِبَتِهِ كَمَثَلِ الْكَلْبِ يَأْكُلُ فَيَقِىءُ ثُمَّ يَأْكُلُ قَيْئَهُ
Perumpamaan orang yang memberikan harta, lalu dia menarik kembali pemberiannya, seperti anjing yang makan, lalu dia muntah, kemudian dia makan muntahannya. (HR. Nasai 3705 dan dishahihkan al-Albani)
Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يُعْطِىَ عَطِيَّةً أَوْ يَهَبَ هِبَةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلاَّ الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِى وَلَدَهُ وَمَثَلُ الَّذِى يُعْطِى الْعَطِيَّةَ ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا كَمَثَلِ الْكَلْبِ يَأْكُلُ فَإِذَا شَبِعَ قَاءَ ثُمَّ عَادَ فِى قَيْئِهِ
Tidak halal bagi seseorang yang memberikan atau menghibahkan sesuatu kemudian dia menarik kembali pemberiannya. Kecuali pemberian orang tua kepada anak. Orang yang memberikan harta kepada orang lain, kemudian dia menarik kembali, seperti anjing yang makan, setelah kenyang, dia muntah. Kemudian dia makan lagi muntahannya. (HR. Abu Daud 3541 dan dishahihkan al-Albani).
Artikel Terkait
Biar Tidak Tertukar, Inilah Waktu yang Tepat Ucapkan Subhanallah dan Masya Allah
Manusia Terjelek dalam Islam, Suami yang Sebar Rahasia Istrinya...
Aa Gym: Bekerja karena Gaji, Ya Ujung-ujungnya Pasti Kecewa
Benarkah Cinta atau Asmara Bikin Bahagia? Aa Gym Tak Percaya, Beri Penjelasan Menohok
Benarkah Bersiul dan Tepuk Tangan itu Perbuatan yang Dibenci dalam Islam?